Thursday, May 18, 2023


FAKULTAS EKONOMI – PKK

PROGRAM STUDI MANAJEMEN (S.1)

 

PEMASARAN STRATEGIK

 

 

 

 

 

                                                                

MODUL 9

 

MANAJEMEN  MEREK STRATEGIS

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Oleh ; FERRY HARDIANSYAH S.E.

 

 

 

                  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

 

 

Tujuan Umum Perkuliahan

 

 

 

Agar bisa menjelaskan dan memahami tentang apa tantangan dalam mengembangkan merek yang kuat, menganalisis merek strategis, Kemudian mampu membuat strategi identifikasi merek, mengelola produk/merek dan mengelola portfolio merek.      

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PEMBAHASAN

 

 

 

Yang dibahas pada modul 9 ini adalah :

A.        Tantangan Dalam Mengembangkan Merek Yang Kuat

B.        Analisis Merek Strategis

C.        Strategi Identifikasi Merek

D.        Mengelola Produk/Merek

E.        Mengelola Portfolio Merek

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

IX.            MANAJEMEN MEREK STRATEGIS

 

 

A.        Tantangan dalam Mengembangkan Merek yang Kuat  

Sebuah produk adalah  sesuatu yang secara potensial dinilai oleh pasar sasaran  berdasarkan keuntungan atau kepuasan yang tersedia, yang meliputi objek, jasa,organisasi, tempat, orang dan idea.

Keahlian khas para pemasar profesional adalah kemampuan mereka menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan merek produk dan jasa mereka. Merek adalah suatu nama, kata, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasi pembuat atau penjual produk dan jasa tertentu. Konsumen melihat merek sebagai bagian produk yang penting dan merek dapat menambah nilai produk.

Barangkali keterampilan pemasar profesional yang paling menonjol adalah kemampuan untuk menciptakan, menjaga, melindungi dan menaikkan citra merek. Asosiasi Pemasaran Amerika (the American Marketing Association) mendefinisikan merek atau brand sebagai nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasinya, yang ditujukan agar dapat mengenali barang atau jasa dari satu atau sekelompok penjual dan membedakannya dari produk dan jasa para pesaing. Berdasarkan peraturan perundang-undangan merek dagang, penjual tersebut diberikan hak eksklusif untuk menggunakan nama mereknya selamanya. Merek berbeda dengan aset lainnya seperti hak paten atau hak cipta yang memiliki tanggal kadaluarsa. (Kotler, 2004)

Adalah penting untuk membedakan produk dan merek. Pada prakteknya kadang-kadan produk dan merek bisa saling menggantikan, walaupun sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Sebuah produk adalah sesuatu yang secara potensial dinilai oleh sebuah pasar sasaranuntuk keuntungan dan kepuasan yang disediakan, terdiri dari objek, jasa,  oeganisasi, tempat, orang dan ide-ide.

1.      Peran strategis merek, manajemen merek strategis merupakan sebuah isu kunci pada banyak organisasi dan tidak hanya domain untuk dikemas perusahaan barang konsumen.

a.      Fungsi merek untuk pembeli adalah :

§  Mengurangi biaya pencarian oleh pelanggan karena dapat mengenal; produk secara cepat dan akurat.

§  Mengurangi risiko yang dirasakan oleh pembeli, dengan menyediakan jaminan kualitas dan konsistensi.

§  Mengurangi risiko social dan psikologis yang terkait dengan kepemilikan dan penggunaan produk yang salah dengan menyediakan reward psikologis untuk pembelian merek dengan symbol status dan prestise.

b.      Fungsi merek untuk penjual :

§  Pembelian ulang, untuk meningkatkan performans perusahaan karena merek lebih dikenal pelanggan dari alternative lainnya.

§  Pengenalan produk baru, karena pelanggan sudah familiar dengan merek melalui pembelian sekarang

§  Promosi yang efektif, karena menyediakan sebuah poin focus.

§  Harga premium, dengan membentuk sebuah tingkatan dasar yang membedakan dibandingkan dengan pesaing

§  Segmentasi pasar, melalui komunikasi sebuah pesan yang melekat pada audiens sasaran.

§  Loyalitas merek, pembeli yang loyal sangat penting bagi perusahaan karena mereka dapat dijadikan jaminan untuk kontinuitas operasi perusahaan dimasa depan.

2.      Tantangan manajemen merek, kekuatan factor internal dan eksternal membentuk lintasan untuk manajer produk dan merek dalam upaya membangun merek yang kuat, seperti :

a.      Harga yang kuat dan tekanan persaingan

b.      Pasar yang terfrakmentasi dan media

c.      Strategi merek yang kompleks dan kemitraan

d.      Penyimpangan dari innovasi

e.      Tekanan investasi lainnya

f.       Tekanan jangka pendek.

3.      Tanggung jawab manajemen merek

a.      Manajemen produk/merek, bertanggung jawab merencanakan, managing dan mengkoordinasikan strategi untuk sebuah produk

b.      Manajemen group produk/marketing, bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan manajer produk/merek ke kegiatan yang menyetujui rekomendasi untuk sebuah kelompok manajer produk/merek.

c.      Manajemen produk portofolio, tanggung jawab secara normal ditugaskan pada chief executive SBU atau tingkat corporate pada sebuah organisasi atau kepada sebuah tim eksekutif puncak.

4.      Manajemen merek strategis

Terdiri atas beberapa inisitip yang saling berhubungan :

a.      Brand identity, Identitas merek menentukan sebuah penggabungan merek yang unik dengan strategi merek.  Identitas  mungkin digabungkan dengan produk, organisasi, orang atau sebuah symbol.

b.      Identity implementation, menentukan apa bagian yang menjadi indentitas untuk dikomunikasikan kepada audiens target.

c.      Managing the brand over time, merek harus dikelola dari launch awal melalui siklus hidupnya.

d.      Managing brand portofolio, koordniasi portofolio atau system organisasi merek dengan tujuan untuk mencapai performans system yang optimal.

e.      Leveraging the brand, pengaruh meliputi luasnya identitas dasar pada sebuah tambahan baru produk lini atau sebuah kategori produk baru.

f.       Brand equity, setiap inisiatip strategi manajemen merek mempunyai pengaruh positif dan negative pada nilai merek.

g.      Strategic brand analisys, menyediakan informasi yang esensi untuk pengambilan keputusan untuk setiap aktivitas manajemen merek.

B.        Analisis Merek Strategis

Strategi Pengembangan Merek

Dalam usaha untuk mengembangkan merek, perusahaan memiliki empat pilihan alternatif seperti yang tertera dalam tabel berikut :

Source:Kotler P & Amstrong G., 2004 “Principle of Marketing”, 10th edition / International Edition, Prentice Hall, New Jersey

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


   Gambar : Strategi Pengembangan Merek

 

Berikut penjelasan tabel : tentang strategi pengembangan merek,

1.      Line Extension / Perluasan Lini Produk

       Strategi pengembangan merek ini menggunakan nama merek yang sudah dikenal oleh konsumen untuk memperkenalkan tambahan variasi seperti rasa baru, warna, ukuran kemasan dan sebagainya pada suatu kategori produk dengan nama merek yang sama.

       Contoh : Merek laptop Fujitsu meluncurkan koleksi Lifebook Series terbaru dengan varian lini produk antara lain S2110, C1320, dan P1510

2.      Brand Extension / Perluasan Merek

       Strategi pengembangan merek ini menggunakan nama merek  yang sudah dikenal oleh konsumen untuk meluncurkan produk baru atau produk modifikasi pada kategori produk yang baru.

       Contoh : Merek sabun mandi Lifebouy yang memperluas mereknya pada kategori produk shampo

3.      Multibrand//Banyak Merek

       Strategi pengembangan merek ini meluncurkan banyak merek pada satu macam kategori produk yang sama.

       Contoh : PT Unilever Indonesia Tbk memiliki tiga macam merek untuk kategori produk sabun mandi yaitu Lux, Lifebouy, dan Dove.

4.      New Brand / Merek Baru

       Strategi pengembangan merek ini menggunakan merek yang benar – benar baru untuk peluncuran produk baru perusahaan.

       Contoh : PT Coca – Cola Indonesia Tbk meluncurkan merek Freshtea untuk produk baru minuman produk perusahaan yaitu teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati.

          Sebuah perusahaan mempunyai sebuah produk tunggal, sebuah produk lini, atau sebuah portfolio produk lini. Komposis produk pada Strategic Business Unit (SBU) terdiri dari satu atau lebih produk lini dan produk khusus yang tersusun dalam setiap lini.  

1.      Tracking performans merek

Evaluasi merek yang ada dalam sistem merek (portfolio) mensyaratkan tracking performans dari setiap produk , seperti gambar dibawah ini. Tracking performans merek terdiri atas empat tahap, berikut :

a.    Manajemen membutuhkan membangun tujuan performans dan benchmark untuk mengukur performans produk. Tujuannya meliputi faktor finansial dan non finansial. Karena hubungan yang saling terkait antara permintaan dan biaya diantara produk.

b.    Tahap selanjutnya dalam tracking performans adalah menseleksi satu atau lebih metode untuk mengevaluasi performans produk. 

c.    Hasil analisis harus mengenal masalah produk dan performans pada atau dibawah harapan manajemen.

d.    Informasi dari analisis membantu manajemen mempertimbangkan apakah harus mengeleminasi produk bermasalah.

 

 

Text Box: Tujuan Performans

 

 

 


Text Box: Seleksi metode evaluasi                                                                                 

                                                                               

Text Box: Mengenal masalah produk
Text Box: Memutuskan bagaimana memecahkan masalah
 

 

 

 

 

 

 

 

 


  Gambar : Tracking Performans Produk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


       

Gambar : Metode Analisis Performans Portofolio Produk

 

Sebuah ketertarikan aplikasi analisis performans untuk sebuah jasa adalah sistem penghasilan manajemen yang digunakan oleh American Airlines untuk mengevaluasi performans route. Setiap route (seperti Los Angeles – Dalas/Fort Worth) adalah sebuah unit sistem atau jaringan.     

2.      Analisis daur hidup produk, isu yang relevan dalam analisis PLC meliputi :

a.    Menetapkan lamanya dan tingkat perubahan PLC

b.    Mengidentifikasi tahap PLC sekarang dan menseleksi strategi produk yang mengendalikan respon tahapan.

c.    Mengantisipasi ancaman dan menemukan peluang untuk perlinmdungan dan perluasan PLC.

3.      Analisis produk grid, mempertimbangkan setiap produk yang diukuryang melebihi kriteria performans minimum yang ditetapkan manajemen dan menilai kekuatan dan kelemahan produk relatif untuk produk lainnya dalam portfolio.

4.      Analisis positioning merek, analisis pemetaan preferensi menawarkan pedoman yang berguna untuk strategi targeting dan positioning produk. Analisis ini bisa menghubungkan preferensi pembeli untuk merek berbeda dan mengindikasikan kemungkinan repositioning merek pilihan. Peluang produk baru juga bisa diidentifikasi dalam analisis pemetaan preferensi.

5.      Metode analisis lainnya, teknik analisis finansial digunakan untuk mengevaluasi performans kuangan produk. Metode analisis lainnya terdiri dari studi riset yang menunjukkan kepentingan relatif dari attribut produk ke pembeli dan tingkatan merek pada attribut-attribut ini. Informasi ini mengindikasikan kekuatan dan kelemahan merek.

6.      Kanibalisasi produk, sebuah pertimbangan utama ketika mengenal produk baru adalah menemukan kebutuhan yang sama untuk sebuah merek perusahaan yang ada adalah berapa estimasi volume penjualan produk baru akan menarik dari satu atau lebih merek yang ada.

7.      Ekuitas merek, pengukuran ekuitas merek adalah sebuah bagian penting untuk manajemen merek strategis. Manajemen merek strategis yang efektif mensyaratkan kita mengerti ekuitas merek dan mengevaluasi pengaruhnya ketika membuat keputusan manajemen merek. Aaker menyarankan beberapa ukuran untuk menggambarkan

semua aspek yang relevan dengan ekuitas merek, yaitu :

a.      Loyalitas (harga premium, kepuasan/loyalitas)

b.      Kualitas/kepemimpinan yang dirasakan mengukur (kualitas yang dirasakan, kepemimpinan/popularitas)

c.      Assosiasi/differensiasi (nilai yang dirasakan, kepribadian merek, assosiasi organisasional)

d.      Kesadaran (kesadaran merek)

e.      Perilaku pasar (market share, harga dan daftar distribusi)

 

 

C.        Strategi Identifikasi Merek

Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, disain atau kombinasi dari unsur-unsur ini, yang dimaksudkan sebagai pengenal barang atau jasa dari penjual dan sebagai pembeda dengan pesaing. Nama merek adalah bagian dari merek yang dapat  diucapkan. Sebagai contoh Disneyland, Hilton, Club Med dan Sizzler. Tanda merek adalah bagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti symbol, disain, warna atau huruf yang khas. Contohnya lengkungan emas McDonald’s dan huruf H pada Hilton. Merek dagang :  merek yang diberi perlindungan hukum untuk melindungi hak eklusif penjual dalam menggunakan nama merek dan tanda merek.

1.      Perangkapan Merek

Beberapa perusahan pariwisata seperti restoran Arby’s menguji atau telah menggunakan perangkapan merek, dalam pengertian lebih dari satu merek di bawah satu atap. Sebagai tambahan bagi merek Arby’s, rantai restoran itu memakai TJ Cinnamon di 46 toko dalam kawasan pasar uji. Jika berhasil, Arby’s brmaksud menambahkan TJ Cinnamon sebagai pilhan waralaba bagi 3500 tokonya di dunia. 

2.      Kekuatan pendorong

Dibalik perangkapan merek itu adalah penerimaan tambahan dan daya tarik tambahan bagi restoran melalui merek terkenal yang diharapkan menarik minat pelangan baru atau mengajak pelanggan lama untuk lebih sering kembali dan lebih banyak berbelanja dalam setiap kunjungan. Salah satu pelaku terobosan perangkapan merek adalah took-toko seperti Subway atau Taco Bell yang menambahkan nama merek di toko mereka.

3.      Kondisi pendukung penetapan merek

Lima kondisi yang mendorong pengambilan keputusan penetapan merek :

a.      Produk akan mudah dikenali jika menggunakan merek/tanda merek.

b.      Produk dipersepsikan mempunyai nilai tertinggi untuk harganya.

c.      Kualitas dan standar mudah dipertahankan.

d.      Permintaan atas kelas produk umum cukup besar sehingga dapat mendukung rantai regional, nasional maupun internasional. Pengembangan masal sangat menentukan keberhasilan merek untuk mendukung biaya overhead iklan dan administrasi penting.

e.      Terdapat skala ekonomis.

4.      Produk akan mudah dikenali dengan merek atau tanda merek

Rantai hotel dan restoran banyak dapat dijadikan contoh mengenai tampilan yang mudah dikenali. Kerai merah putih dan cat khusus pada TGI Friday’s dan tanda hijau pada Holiday Inn, dikenal luas oleh pelanggan. Umumnya papan reklame di jalan bebas hambatan adalah petunjuk arah mengandalkan pengenalan merek. Disitu hanya terpampang nama merek/tanda merek serta arah tempat penjualan.  Karakteristik yang dikehendaki dari nama merek adalah :

a.      Nama merek harus menggambarkan manfaat dan kualitas produk. Misalnya Dairy Queen, Comfort Inns, Pizza Hut, Burger King, American Airlines.

b.      Nama merek harus mudah diucapkan, dikenali dan diingat. Lebih membantu bila nama itu pendek. Misalnya, Wendy’s, Hilton.

c.      Nama merek harus khas. Misalnya El Torito, Avis, Bennigan’s.

d.      Untuk perusahaan besar di masa mendatang ingin memperluas pasar ke luar negeri, nama itu harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Beberapa perusahaan mengalami bahwa nama mereka bermakna negative bila diterjemahkan ke dalam bahasa negara yang ingin dimasukinya.

e.      Nama merek harus dapat terdaftar dan terlindungi hukum.

5.      Produk dipersepsikan sebagai nilai tertinggi untuk harganya.

Nama merek mempunyai nilai karena adanya dari persepsi konsumen. Merek menarik konsumen dengan mengembangkan persepsi berkualitas dan bernilai tinggi. La Quinta mengembangkan citra yang baik bagi para pelancong bisnis yang menginap semalam, sedangkan Embassy Suites mengembangkan citra nilai tinggi bagi mereka yang menginginkan hotel yang semuanya suite.

Konsep nama merek meluas hingga tempat tujuan turis. Vail, Aspen, Acapulco, Palm Srpings dan French Riviera telah mengembangkan reputasi, persepsi konsumen, dan harapan yang tinggi. Mereka yang mempromosikan dan mengembangkan tujuan turis harus bertanggungjawab memajukan dan memastikan citra merek yang menguntungkan.

6.      Kualitas dan standar mudah dipertahankan

Agar bisa sukses, merek multi unit besar seperti Pizza Hut, Holiday Inn, Chili’s harus mengembangkan standar bagi seluruh sistem agar memenuhi harapan pelnaggan. Bila merek berhasil mengembangkan citra kualitas, pelanggan akan mengharapkan kualitas yang sama di semua tempat penjualan dengan nama merek yang sama. Merek dan kebijakan yang tidak konsisten akan menurunkan citra merek. Konsistensi dan standarisari merupakan faktor kritis yang sering menjadikan konsumen setia pada merek. Manfaat utama penggunaan  merek adalah penciptaan pelanggan loyal. Mereka membeli merek ketika tersedia dimana-mana dan membuat semakin kuat nama mereknya.

Sebuah perusahaan memiliki pilihan strategi pemberian merek, berikut :  

1.      Merek produk individual (individual branding), perusahaan perlu memberikan nama berbeda untuk setiap produk. Merek individual menurunkan resiko perusahaan berkaitan dengan kegagalan satu produk yang tidak terkait dengan produk lain dari perusahaan tersebut.   

2.      Merek kelompok (family branding), memberikan nama merek yang sama untuk sekelompok produk. Argumentasinya, pemberian nama merek kelompok dapat menurunkan biaya dan mentransfer kepuasan konsumendari suatu produk ke produk yang lainnya dengan nama yang sama. Manfaatnya memberikan kemudahan pada modifikasi produk dan juga dapat meningkatkan tampilan atau daya tarik produk sehingga memungkinkan pengurangan biaya promosi.

3.      Nama merek tanpa merek (no-brand brand name), popularitas produk tanpa merek semakin menurun pada decade ini, karena produk tanpa merek identik dengan produk generik. Pembeli mengasumsikan produk tanpa merek adalah produk yang dihasilkan oleh distributor yang menyalurkan produk tersebut. Produsen produk tanpa merek akan menitik beratkan pemasarannya pada pengecer daripada konsumen ke konsumen.

4.      Strategi merek berganda (multiple brand strategy) : situasi dimana sebuah perusahaan memutuskan untuk bersaing dengan dirinya sendiri. Strategi ini kadang-kadang berguna untuk meningkatkan pangsa pasar perusahaan secara keseluruhan serta keuntungannya meskipun melakukan kanibalisme.

5.      Merek sendiri (private labels), pengecer dengan nama yang sudah terkenal mengadakan kontrak dengan sebuah perusahaan produsen untuk memakai namanya sebagai merek produk. Sebuah perusahaan yang menerapkan strategi merek sendiri tidak hanya meningkatkan penjualan tetapi juga biaya perunit yang lebih rendah dari merek mereka sendiri. Bagi pengecer menggunakan merek pribadi adalah untuk membangun loyalitas konsumen, kerugian bagi produsen adalah ketergantungan kepada pengecer semakin tinggi.

 

 

 

 

 

 

 

 

D.        Mengelola Produk/Merek

Merek mempunyai enam tingkat pengertian, yaitu :

1.      Atribut : merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu

2.      Manfaat : suatu merek lebih dari serangkaian atribut, pelanggan tidak membeli atribut tapi membeli manfaat dan atribut dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

3.      Nilai : merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produk.

4.      Budaya : merek mewakili budaya tertentu

5.      Kepribadian : kadang-kadang merek megambil kepribadian orang terkenal.

6.      Pemakai : merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk.

Merek merupakan investasi jangka panjang perusahaan yang apabila dikelola dengan maksimal akan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan yang mengelolanya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa merek-merek global yang sudah bertahan puluhan tahun beberapa diantaranya kini berhasil menjadi merek-merek termahal karena dikelola oleh perencanaan manajemen merek yang sukses. Adakalanya perusahaan berpikir bahwa berinvestasi pada aset seperti gedung, tanah dan mesin adalah investasi riil yang memberikan suatu manfaat bagi perusahaan dibandingkan berinvestasi pada merek. Dalam jangka waktu yang lebih lama sebenarnya dapat dilihat bahwa berinvestasi pada merek memberikan hasil yang lebih menguntungkan. Ada kalanya perusahaan akan dijual oleh pemiliknya beserta merek yang menjadi portofolio perusahaan kepada investor untuk mendapatkan keuntungan. Walau berganti pemilik setelah bisnis/perusahaan tersebut dibeli, perusahaan dapat melanjutkan langkah perjalanan merek yang panjang dan terencana, sehingga dapat menghasilkan ekuitas merek yang tinggi dan juga memberi keuntungan lebih besar bagi perusahaan, terlebih lagi bagi investor yang memilikinya.

Upaya membangun identitas merek memerlukan sejumlah keputusan tambahan terkait dengan nama, logo, warna, tagline (slogan) dan simbol. Sebuah merek lebih dari itum merek hanyalah alat dan taktik pemasaran. Sebuah merek pada intinya adalah janji pemasar untuk menyampaikan sejumlah fitur, keuntungan dan pelayanan yang konsisten kepada pembeli. Pemasar harus menentukan sebuah misi untuk merek tersebut dan visi mengenai ingin menjadi apa dan apa yang bisa dilakukan oleh merek tersebut. Pemasar harus berpikir bahwa saat ini ditawarkan sebuah kontrak kepada konsumen mengenai bagaimana merek tersebut akan berkinerja. Kontrak merek tersebut haruslah jujur.

Paling maksimal, kampanye merek hanya akan menciptakan pengakuan nama, pengetahuan tentang merek, bahkan kecenderungan terhadap merek, namun kampanye iklan tidak akan menciptakan keterikatan merek (brand bonding), seberapa pun perusahaan mengeluarkan dana untuk iklan dan publikasi. Brand bonding atau keterikatan merek hanya akan terjadi jika konsumen mengalami manfaat langsung yang dijanjikan oleh perusahaan. Faktanya adalah merek tidak dibangun oleh iklan tetapi oleh pengalaman terhadap merek tersebut. Banyak perusahaan membuat janji-janji merek tetapi gagal melatih karyawannya untuk memahami dan memberikan apa yang dijanjikan oleh merek tersebut. Perusahaan dapat melakukan penanaman merek secara internal (internal branding) di kalangan karyawannya agar mereka dapat memahami, menginginkan, dan memberikan janji yang diusung oleh merek tersebut (Kotler, 2004).

Dalam mengelola merek dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :

1.      Mengelola merek sebenarnya merupakan satu hal yang cukup kompleks. Ada kalanya perusahaan yang sudah memiliki merek yang kuat bukan berarti merek tersebut selain memiliki ekuitas tinggi berarti sudah dalam posisi yang aman bagi perusahaan, namun juga di sisi lain perusahaan-perusahaan yang memiliki merek terkenal juga pernah melakukan kesalahan yang cukup fatal, antara lain kasus ’New Coke’ Coca Cola. Dulu, sejumlah eksekutif minuman ringan yakin bahwa pemasaran adalah pertarungan rasa. Coca Cola Company memproduksi cola yang mempunyai rasa lebih manis dan melakukan 200.000 uji rasa untuk membuktikan bahwa ‘Coke Baru’ (New Coke) memiliki rasa lebih baru dari Pepsi Cola dan formula orisinil mereka, yang kini disebut ‘Coca-Cola Classic’. Soda yang disebut oleh riset memiliki rasa paling buruk, Coca-Cola Classic, kini merupakan cola paling laku, konsumen tidak tertarik pada ‘Coke Baru’. (Trout, 2002)

2.      Konsumen bersedia membayar lebih untuk merek yang ternama. Para pencinta Coca Cola bersedia membayar kenaikan 50 % dari harga produk daripada membeli produk pesaing dengan harga yang hampir sama, Lexus dan Toyota Camry menggunakan mesin yang sama namun merek Lexus lebih mahal US$ 10.000 daripada merek Camry. Jelas bahwa ekuitas adalah aset. Brand Equity adalah dampak pembeda positif setelah mengetahui nama merek terhadap respon, konsumen terhadap produk atau jasa dengan merek tersebut. Ekuitas merek harus dibedakan dari valuasi merek (brand valuation), yaitu perkiraan total nilai finansial merek tersebut (Kotler, 2004).

3.     Model brand equity mapan dalam aliran psikologi kognitif yaitu model Aaker (Aaker, 2004) dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam model Aakerl brand equity diformulasikan dari sudut manajerial dan strategi korporat, meskipun landasan utamanya adalah perilaku konsumen. Aaker menjabarkan aset merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi yaitu brand awareness (kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu), perceived quality (merupakan penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan), brand associations (segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap sebuah merek) dan brand loyalty (suatu ikatan/tautan yang dimiliki konsumen terhadap sebuah merek).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

               

 

 

Sumber : Aaker (2004)

   

Gambar  : Elemen Brand Equity

 

Kesalahan manajemen merek diantara banyak perusahaan merupakan hal yang sangat mengejutkan. Lebih dari 60% perusahaan tidak memiliki rencana candangan, 56 % mengatakan mereka tidak mengukur nilai merek, dan 33 % tidak memiliki strategi merek formal jangka panjang.

Di sejumlah negara, perusahaan multinasional mulai mengembangkan sendiri merek-merek lokalnya dan/atau mengincar merek-merek lokal yang kuat untuk diakuisisi. Beberapa contoh diantaranya : Unilever mengembangkan minyak goreng Key Soap dan Frytol di Ghana, Cussons membeli sabun Asoka di Indonesia, Coca Cola Membeli Parle Products merek minuman ringan terbesar di India, Heinz membeli bisnis makanan Glaxo di India dan Unilever membeli bisnis sabun mandi dan deterjen Tata Group dan merek es krim India, Kwality. Merek-merek lokal terkemuka Indonesia yang sudah diambil alih atau dibeli sahamnya oleh perusahaan asing meliputi saus tomat dan saus sambal ABC (HJ Heinz); susu SGM (Numico); air mineral Aqua (Danone); kecap cap Bango dan makanan ringan Taro (Unilever); biskuit Helios dan Nyam-Nyam (Campbell); Indocement (Heidelberg, Jerman); Semen Gresik (Cemex, Mexico); Danamon (Asia Financial Indonesia, konsorsium antara Deutsche Bank & Temasek Singapura) ; BCA (Konsorsium Farallon), dan lain-lain (Tjiptono,2005). Berdasarkan fakta-fakta tersebut, sebagian besar perusahaan lebih menyukai untuk mengakuisisi perusahaan yang memiliki merek cukup kuat dan membangun merek tersebut lebih lanjut.

Pada dasarnya investor yang membeli perusahaan memiliki kecenderungan untuk mempertahankan merek mula-mula, yaitu merek yang sejak awal dibeli bersama dengan perusahaan sudah ada yang cukup kuat di benak konsumen. Membuat sebuah merek baru jauh lebih beresiko dan mahal dibandingkan perusahaan meneruskan/ membangun merek yang ada. Merek memiliki peranan penting dan tidak sekedar adalah nama, simbol, slogan, dan sebagainya. Merek bahkan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi para konsumennya. Adakalanya juga bahwa investor justru membeli/mengakuisisi perusahaan untuk menambahkan portofolio merek perusahaan (misalnya Philip Morris mengakuisisi HM Sampoerna) dan membangun merek tersebut di bawah manajemen perusahaan, contoh lain adalah Unilever saat mengakuisisi merek snack Taro, Danone & Nestle saat mengakuisisi AMDK (Air Mineral Dalam Kemasan) Aqua serta Coca Cola saat mengakuisisi Ades.

Penetapan merek telah lama popular di kalangan barang konsumen. Beberapa merek menjadi semakin demikian kuat hingga dipakai sebagai nama generic produk itu sendiri. Aspirin, shredded wheat, dan cellopane pada suatu masa merupakan nama merek. Pertumbuhan penetapan merek terjadi setelah perang saudara (civil war), sejalan dengan pertumbuhan perusahaan nasional dan media iklan nasional. Beberapa merek dari zaman itu masih bertahan, terutama Boarden’s, Quaker Oats, Vaseline dan Ivory Soap. Sebagian besar merek nasional dalam industri pariwisata bertahan kurang dari 30 tahun. Dewasa ini penetapan merek merupakan kekuatan yang dahsyat dalam industri pariwisata. Direktur Kleinworth Benson Securities Ltd. Dari London, Paul Slattery, meramalkan bahwa industri hotel akan mengalami pertumbuhan megarantai.

 

E.        Mengelola Portfolio Merek  

Perusahaan yang mempunyai merek dan kategori produk berbeda harus memanage semuanya sebagai sebuah system  daripada mengikuti strategi merek indipenden. Strategi portfolio merek mengkhususkan struktur portfolio merek dan scope, peran dan hubungan terkait pada portfolio merek. Tujuannya adalah menciptakan sinergi, pengaruh, kejelasan dengan portfolio dan merek yang relevan, berbeda dan kuat.

Sebuah kunci manajemen merek dalam lingkungan yang komplek adalah mempertimbangkannya seperti tidak hanya kinerja individu tapi anggota dari sebuah system merek yang harus bekerja mendukung orang lain.sebuah system merek bisa melayani sebagai sebuah platform launching untuk produk baru atau merek dan sebagai sebuah dasar untuk semua merek dalam system ini. Sebuah konsep kunci yang menjadi pedoman manajemen merek adalah merek spesifik memainkan peran berbeda dalam system ini. Contoh sebuah merek boleh memainkan peran sebagai pemimpin atau pengendali, dimana merek lainnya bisa memainkan peran sebagai pendukung.

Terdapat empat pertanyaan yang relevan dalam memutuskan apakah memperkenalkan nama merek baru :

1.    Apakah merek cukup berbeda pantas untuk sebuah merek baru.

2.    Akankah sebuah merek baru memberikan nilai tambah

3.    Akan merek yang ada berisiko jika digunakan pada sebuah produk baru.

4.    Akankah bisnis pendukung sebuah merek baru. 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR BACAAN

 

 

Craven David W. and Piercy, Nigel F. (2006) : Strategic Marketing, Eighth Edition, McGraw-Hill Companies, New York.

Craven David W., (2000) : Pemasaran Strategis Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta

Guiltinan Joseph P., Paul Gordon W. : Marketing Management ; Strategies and Programs, Third edition, McGraw-Hill Inc, San Francisco,--

Keegan Warren J. : Manajemen Pemasaran Global, Edisi keenam, Prenhallindo, Jakarta, 2003

Kerin  Roger A, Peterson Robert A., (2004) : Strategic Marketing Problems ; Cases and Comment, Tenth edition, Pearson education, New Jersey,

Kotler Philip and Kevin Lane Keller, (2007) : Marketing Management 12e, Pearson Education, International Edition.