PERENCANAAN
DAN PERANCANGAN PRODUK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Desain produk merupakan hal yang
sangat penting dalam bidang manufaktur. Desain produk yang baik akan dapat
meningkatkan jumlah dan harga jual dari produk, sehingga dapat meningkatkan
keuntungan secara optimal. Akan tetapi, desain produk yang gagal mengakibatkan
produk tidak terjual di pasaran. Hal ini, akan menimbulkan kerugian tidak hanya
dibidang desain saja, bidang yang lain pun akan terkena imbasnya.
Desain produk yang baik, harus memenuhi 3 (tiga) aspek penting yang sering disebut segitiga aspek produk, yaitu kualitas yang baik, biaya rendah, dan jadwal yang tepat. Selanjutnya segitiga aspek produk di atas dikembangkan menjadi suatu persyaratan dalam desain, yaitu desain harus dapat dirakit, didaur ulang, diproduksi, diperiksa hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta waktu yang tepat. Untuk itu dalam mendesain suatu produk, harus memperhatikan secara detail tentang fungsi-fungsi dari produk yang didesain. Guna mengetahui secara rinci tentang fungsi produk, dapat dilakukan dengan beberapa metode pendekatan mikro (MC, MR, Equilibrium), Linier Programming/Dualitas, dan Manajemen Keuangan (BEP).
B. TUJUAN
PENULISAN
Pada penulisan makalah ini, tentunya
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui perencanaan pengembangan produk.
2. Untuk mengetahui proses perancangan produk.
3. Untuk mengetahui strategi pengenalan dan pengembangan prod
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perencanaan Produk
Perencanaan
produk adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai produk
diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan
apabila produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk
atau perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi.
Kesuksesan
ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk
yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini bukan
merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian
desain saja, melainkan merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi
yang ada di perusahaan. Metode pengembangan produk berdasarkan kepada
permintaan atau persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah
metode yang cukup baik, karena dengan berbasis keinginan customer maka
kemungkinan produk tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil.
Dari sudut
pandang investor pada perusahaan yang berorientasi laba, usaha pengembangan
produk dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan
menghasilkan laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan
langsung.
Terdapat
5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk
menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya
pengembangan dan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya
akan mempengaruhi pangsa pasar dan menentukan harga yang ingin dibayar
oleh pelanggan.
2. Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya
produksi setiap unit disebut biaya manufaktur dari produk. Biaya produk
menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan pada volume
penjualan dan harga penjualan tertentu.
3.
Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi,
menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada
akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian
ekonomis dari usaha yang dilakukan tim pengembangan.
4. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu
komponen yang penting dari investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
5. Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan
ekonomis dimasa yang akan datang.
Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru
atau yang sudah ada merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan
teknik yang telah ada. Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan
manusia, kemudian disusul oleh penciptaan suatu konsep produk, perancangan
produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan pembuatan
dan pendistribusian produk tersebut.
Di dalam suatu produk yang akan dikembangkan, tiap -
tiap elemen suatu produk mempunyai fungsi - fungsi sendiri. Diantara fungsi - fungsi
satu dengan yang lain terkadang ada saling terkait, sehingga suatu fungsi
komponen akan menentukan fungsi komponen lainnya.
Secara umum penentuan fungsi produk dapat dicari dengan dua langkah, yaitu
:
Ø Identifikasi
dan penyusunan fungsi produk.
Ø Pengelompokan
fungsi produk.
Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah
pengubahan sekumpulan input menjadi sekumpulan output. Proses Pengembangan
produk adalah langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan di mana suatu perusahaan
berusaha untuk menyusun, merancang, dan mengkomersialkan suatu produk.
B PERANCANGAN PRODUK
Kesuksesan ekonomi sebuah perusahaan
manufaktur tergantung pada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pelanggan, kemudian secara tepat menciptakan produk yang dapat memenuhi
kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Untuk membuat sebuah produk
biasanya kita akan melewati tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Market Research dan Feasibility Study Market Research
dilakukan untuk mengetahui selera pasar pada umumnya. Dari
market research ini bisa didapatkan produk seperti apa yang konsumen butuhkan
atau inginkan.
2.
Brainstorming
Brainstorming, atau dalam bahasa Indonesia juga disebut
sebagai curah pendapat, adalah proses mengumpulkan ide-ide untuk mencari
solusi/jalan keluar dari masalah yang didiskusikan. Dari proses berdiskusi ini
akan didapatkan garis besar barang yang akan dibuat, cara kerja, komponen yang
akan dipakai, dan lain sebagainya. Misalnya kita ingin membuat mesin penghisap
debu, akan terbayang untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah,
filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya.
3.
Menentukan Tujuan dan Batasan Produk
Tujuan dan batasan diperlukan agar kita tidak berlebihan
dalam merancang produk tersebut yang akan berakibat mahalnya harga jual ke
konsumen. Konsumen tentu saja menginginkan nilai tambah yang ditawarkan dalam
produk tersebut sepadan dengan biaya yang dikeluarkannya (reasonable price).
Tentu saja market research diperlukan untuk mengetahui selera pasar. Dari
menentukan tujuan dan batasan ini kita memperoleh spesifikasi komponen-komponen
dan material apa saja yang akan dipakai.
4.
Menggambar Produk
Dengan
menggambarkan produk berdasarkan hubungan dimensi komponen-komponen yang sudah
ditentukan dalam tahap-2 di atas, kita akan mendapatkan ilustrasi produk jadi.
Produk bisa digambar dalam 2 dimensi atau 3 dimensi, biasanya gambar 3 dimensi
lebih mudah dimengerti oleh sebagian besar orang. Merancang produk dalam 3
dimensi bisa dilakukan dengan menggunakan software SolidWorks, Inventor, Catia
dll.
5.
Review Produk
Produk
review dilakukan untuk mengevaluasi apakah ada kekurangan pada rancangan yang
sudah dibuat desainnya sampai tahap gambar ini. Diskusi dengan melihat gambar
produk biasanya lebih mudah berkembang daripada hanya membayangkannya saja.
Pada tahap ini kembali dilakukan brainstorming untuk mendapatkan hasil yang
optimal dan meminimalisir masalah yang akan timbul ketika produksi masal nanti.
Pada tahap ini pula biasanya produk yang sedang dirancang perlu dibenahi disana-sini.
6.
Membuat Prototype/Sample
Sample barang yang akan diproduksi masal bisa dibuat dengan
berbagai cara. Untuk produk-produk dari resin bisa dimodelkan dengan mesin
rapid prototyping, desain body mobil yang stylish bisa dimodelkan dengan tanah
liat khusus, kardus pembungkus produk bisa dibuat dengan tangan. Untuk
produk-produk yang sudah umum tidak perlu sampai membuat sample barangnya
(produk-produk dari besi), namun memerlukan ketelitian dalam menggambar dan
tidak boleh ada kesalahan gambar yang bisa berakibat fatal: barang reject.
7.
Uji Coba
Sebelum
dipasarkan tentu kita perlu menguji apakah barang yg kita buat ini benar-benar
handal atau tidak. Ada yang mengujinya berdasarkan waktu, ditekan, dijatuhkan,
dan lain-lain. Produsen telepon seluler seperti nokia memiliki mesin khusus
untuk menguji ponsel-ponsel buatan mereka supaya tahan terhadap bantingan. Jika
ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan tentu saja produk tersebut perlu
didesain ulang (kembali ke tahap 3). Hal-hal yang memuaskan tentu saja harus
dilihat dari sudut pandang konsumen, bukan produsen. Begitulah
produsen-produsen besar saat ini mengkaji terus menerus produk mereka agar nama
produk yang mereka buat tetap terjaga.
8.
Poduksi Masal
Dalam
produksi masal perlu adanya kontrol kualitas agar konsumen tidak sampai
menerima barang yang rusak.
9.
Garansi
Garansi
adalah layanan purna jual yang diberikan oleh perusahaan yang membuat produk
tersebut agar konsumen tenang jika sewaktu-waktu ada kerusakan pada barang
tersebut. Banyak konsumen yang lebih memilih membayar agak lebih mahal untuk
mendapatkan garansi dan ketenangan dalam pemakaian produk.
C. JUMLAH PRODUK YANG AKAN DI PRODUKSI
1.
Pendekatan
Mikro
Biaya marjinal (MC) adalah satu faktor pada perubahan
biaya variable rata rata(AVC) dan otomaits biaya total rata rata (AC) ikut
berubah, contoh bila nilai MC lebih kecil dari AC, maka nilai AC juga akan
turun, sebaliknya bila nilai MC lebih besar dari nilai AC, maka nilai AC juga
ikut naik.
Bila kondisi perusahaan MR = MC
(pendapatan marjinal =
biaya marjinal), ini merupakan satu faktor perusahaan memperoleh
keuntungan maksimal.
Penerimaan Marginal (Marginal Revenue)
Marginal Revenue merupakan Tambahan
penerimaan yang diperoleh sebagai hasil dari penjualan satu unit produk lagi.
Analisi
Keseimbangan Umum (general equilibrium analysis)
Analisis Keseimbangan Umum, membahas hubungan antara pasar
yang satu dengan pasar yang lainnya,khususnya antara pasar barang dan pasar
faktor sebagai satu keseluruhan(general). karena kenyataannya harga dipasar
yang satu ikut mempengaruhi harga di pasar-pasar yang lain, baik dalam jangka
panjang maupun pendek. setiap perubahan permintaan atau penawaran di pasar yag
satu berkaitan dengan dan ikut mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar
yang lain.
2.
Linear programming (LP)
atau pemrograman linear (PL) adalah
suatu pendekatan matematis untuk menyelesaikan suatu permasalahan agar
didapatkan hasil yang optimal.Permasalahan yang sering diselesaikan dengan
Linear Programming adalah dalam pengalokasian factor-faktor produksi yang
terbatas jumlahnya terhadap berbagai kemungkinan produksi sehingga didapatkan
manfaat yang optimal (maksimal dan minimal).Sasaran maksimal, misalnya secara
efisien sehingga manfaat yang ingin dicapai (jumlah produksi/nilai
penjualan/laba, dan lain-lain) menjadi maksimal. Sasaran minimal misalnya,
bagaimana mencari kombinasi produksi agar penggunaan faktor-faktor produksi
minimal tetapi manfaat yang dicapai (dari kombinasi produksi) tidak lebih
rendah dari angka yang diinginkan ( Tarigan, 2005).
3. Munawir (1986) menyatakan bahwa analisa break even point
merupakan suatu analisa yang ditujukan untuk menentukan tingkat penjualan yang
harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita
kerugian (keuntungan=0). Melalui analisa BEP dapat dibuat perencanaan
penjualan, sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara
minimal tidak mengalami kerugian.
Analisis
break even point digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan minimum yang harus
dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan
minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk
memperoleh laba yang telah direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat
produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut.
3. Mengukur dan menjaga agar penjualan dan
tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP.
4. Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok
dan besarnya hasil penjualan atau tingkat produksi.
5. Siklus hidup
produk (bahasa Inggris: Product life cycle) adalah siklus hidup suatu
produk/organisasi dengan tahapan-tahapan proses perjalanan hidupnya mulai dari
peluncuran awal (soft launching), peluncuran resmi (grand launching), perubahan
dari target awal, lalu mulai berjuang dan berkompetisi dengan produk-produk
yang sejenis, hingga melewati persaingan dan kompetisi produk memiliki tingkat penerimaan/
penjualan/ distribusi yang luas dan tersebar.
Sepanjang umur suatu produk, perusahaan biasanya memformulasikan kembali strategi pemasarannya beberapa kali. Tidak hanya kondisi ekonomi berubah, dan pesaing melancarkan
serangan baru namun, tambahan lagi produk itu melewati tahap baru dari minat dan persyaratan pembeli. Kosekuensinya, perusahaan harus merencanakan strategi pengganti yang tepat untuk tiap tahap dalam siklus hidup produk tersebut. Perusahaan berharap memperpanjang umur dan profitabilitas produk walaupun tahu bahwa produk tersebut tidak akan bertahan selamanya. PLC (Product life Cycle) atau siklus hidup produk merupakan konsep penting dalam pemasaran yang memberikan pemahaman tentang dinamika suatu produk yang kompetitif.
2. Penjualan produk melewati tahap-tahap yang berbeda, dengan tantangan yang berbeda bagi penjual.
3. Laba naik turun pada tahap yang berbeda dalam siklus hidup produk
4. Produk membutuhkan strategi pemasaran, keuangan, produksi, pembelian dan personel yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidup mereka.
Menurut Basu Swastha (1984:127-132),
daur hidup produk itu di bagi menjadi empat tahap, yaitu :
1. Tahap perkenalan (introduction).
pada tahap ini, barang mulai
dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi.
Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru) Karena masih berada
pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya
periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan menitikberatkan
pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas
dan laba yang diperoleh masih rendah.
2. Tahap pertumbuhan (growth).
Dalam tahap pertumbuhan ini,
penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat
meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi
yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di sini
pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya
adalah dengan menurunkan harga jualnya.
3. Tahap kedewasaan (maturity)
Pada tahap kedewasaan ini kita dapat
melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam
tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga
menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan
model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai
ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan.
4. Tahap kemunduran (decline)
Hampir semua jenis barang yang
dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan dan harus
di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah
dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah
pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena
permintaan sudah jauh menurun.Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan
tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada
pasar tertentu yang sangat terbatas' Altematif-alternatif yang dapat dilakukan
oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain:
a. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya).
b. Meninjau kembali dan memperbaiki
progrcm pemasaran serta program produksiny a agar lebih efisien.
c. Menghilangkan ukuran, warna, dan
model yang kurang baik.
d. Menghilangkan sebagian jenis
barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang sudah ada.
e. Meninggalkan sama sekali barang
tersebut.
Untuk memperpanjang siklus hidup
produk dapat dilakukan upaya-upaya seperti: mendidik pasar, beriklan,
menjaganya dengan penjualan dsb. Ada juga istilah daur ulang siklus produk yang
diterapkan untuk menarik proyek dari penurunan dengan memperbaiki atau dengan
perubahan lainnya, seperti pengemasan ulang dan pemotongan harga.
6. Strategi Pengenalan Dan
Pengembangan Produk Baru
Hampir tidak ada perusahaan yang
dapat luput dari pengaruh kemajuan teknologi dan munculnya produk-produk baru.
Cepat atau lambat, hampir semua produk yang ada sekarang akan hilang dari pasar
dan digantikan dengan produk-produk lain sehingga pertumbuhan dan keuntungan
perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung dari kebijaksanaan produk yang
didefinisikannya. Dalam kondisi saat ini, dimana perkembangan pasar sangat
dinamis dan penuh persaingan, perusahaan akan sulit mempertahankan
eksistensinya jika hanya bertahan pada produknya yang sekarang. Oleh karena
itu, pengembangan produk baru merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan.
Pengembangan tersebut meliputi pembuatan produk yang baru atau penyempurnaan
dari produk yang sudah ada.
Proses pengembangan produk baru juga
disertai dengan berbagai resiko kegagalan. Untuk memperkecil resiko kegagalan,
produk baru perlu dibuat berdasarkan konsep produk yang sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan konsumen serta dapat menciptakan kepuasan bagi konsumen. Dalam
tulisan ini akan dijelaskan konsep-konsep dan tahapan yang diperlukan dalam
pengembangan produk jasa baru pada operator telekomunikasi masa kini. Konsep -
konsep yang dijelaskan disini bukan hanya bisa diterapkan bagi operator
telekomunikasi saja, tapi juga dapat berlaku bagi perusahaan secara umum.
Transformasi dari Invention menuju
Innovation
Pengembangan produk atau jasa akan
melalui suatu tahap yang dikenal dengan Invention. Inventionadalah proses
menemukan suatu teknologi dari tidak ada menjadi ada. Sedangkan Innovation
adalah proses pembaharuan dari invention. Innovation melibatkan peluang yang
ada di pasar dengan penemuan teknologi dan pengetahuan tentang teknologi baru.
Sebagai contoh, temuan teknologibluetooth, yang memungkinkan pertukaran data
melalui koneksi wireless dengan daerah jangkauan sekitar 150 meter, saat ini
telah diintegrasikan
dalam media telepon selular
(handphone), sehingga para pengguna handphone dapat lebih mudah saling bertukar
data.
Contoh lain adalah inovasi pada
perusahaan minuman ringan Coca-cola dimana inovasi adalah salah satu kunci
keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar dan dikenal
luas. Melalui riset dan pengembangan (Research
& Development), Coca-Cola
terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran, serta
perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai
ciri khas tersendiri. Pada tahun 2002, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea,
teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun 2003,
Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut
"Fanta Oranggo", setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan
Fanta Nanas. Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-produk yang
ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Pada proses
inovasi ini, khususnya pada tahap inisiasi perlu dipertimbangkan bahwa inovasi
yang dihasilkan dapat diterima oleh perusahaan maupun masyarakat. Jelas bahwa
inovasi sangat diperlukan dalam pengembangan produk baru untuk memunculkan ide
dan kreatifitas munculnya produk atau jasa baru yang dapat dimanfaatkan oleh
para konsumennya.
Peran Unit R&D
Hasil inovasi yang lahir dari suatu
perusahaan akan ditindaklanjuti dengan proses pengembangan produk atau jasa
baru. Untuk itu perlu unit khusus yang menangani proses ini yaitu Unit
R&D,Research&Development. Unit ini akan melakukan riset penelitian dari
hasil inovasi untuk kemudian dikembangkan menjadi suatu produk atau jasa baru
yang akan dilempar ke pasaran. Perusahaan yang sudah mapan biasanya
mengalokasikan resourcesnya sekitar 5-10 % dari
sales pada aktivitas R&D.Basic
Research menuju kepada terciptanya invention,
sedangkan Product Development danengineering menuju kepada
terciptanya Innovation.
Ada tiga faktor yang harus
dipertimbangkan bagi unit R&D dalam usahanya menerapkan formulasi strategi,
yaitu :
a) Kompetensi Teknis
b) Kebutuhan Pasar
c) Corporate Interest
Secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa kompetensi teknis dari researcher diperlukan untuk melahirkan produk jasa
yang berkualitas. Di lain pihak produk jasa yang dikembangkan juga harus
memperhatikan kebutuhan pasar (memiliki commertial value) maupun kepentingan perusahaan,
keduanya harus sejalan. Untuk itu diperlukan upaya untuk mencari apa yang
dibutuhkan oleh pasar dan mencari invent-to-order bagi produk atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
Fungsi Riset Bisnis perlu
ditambahkan sebagai suatu sub unit dalam Unit R&D untuk menunjang
keberhasilan suatu produk atau jasa baru agar sukses di pasaran. Sebagai
contoh, TELKOM R&D Center telah melakukan restrukturisasi organisasi pada
akhir tahun 2006 dan melahirkan satu bidang baru yaitu Bidang Research of
Business. Bidang RoB tersebut meliputi 4 laboratorium dengan masing-masing
fungsinya sebagai berikut :
1. Business Strategy, melaksanakan
riset dan pengembangan bisnis
2. Business Performance, melakukan
evaluasi dan identifikasi performansi bisnis
3. Business Competitiveness, menyediakan data pasar, pelanggan dan
kompetitor yang kompetitif
4. Industrial Partnership,
melakukan pengembangan hubungan kemitraan yang strategis dengan
institusi yang relevan.
Inovasi Technology Push VS Need Pull
Pada tahap eksplorasi ada 3 pola
proses pengenalan dan pengembangan produk/jasa baru yaitu :
1.
Menarik
Pasar (Need
Menurut pandangan ini, Anda harus
membuat apa yang dapat dijual. Produk baru ditentukan oleh pasar berdasarkan
kebutuhan pelanggan. Jenis produk baru ditentukan melalui penelitian pasar
& umpan balik pelanggan, dgn sedikit perhatian terhadap teknologi. Need
Pull akan menuju pada terbentuknya incremental innovation.
2.
Mendorong
Teknologi (Technology Push)
Pandangan ini menyarankan Anda harus
menjual apa yang dapat anda buat. Produk baru diperoleh dari teknologi
produksi, penggunaan teknologi yang canggih dan kemudahan operasi, dengan
sedikit perhatian terhadap pasar. Dengan kata lain suatu produk atau teknologi
baru didorong atau dijual ke pasar (potential customer) yang tidak meminta atau
mengetahui perihal produk atau teknologi baru tersebut. Technolgy Push akan
menuju kepada radical innovation.
3.
Antar
fungsional (Interfunctional)
Produk baru memerlukan kerjasama
diantara pemasaran, operasi, keterampilan teknik, dan fungsi lainnya sehingga
menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dengan penggunaan
teknologi yang memberikan manfaat terbaik. Untuk kesuksesan inovasi produk atau
jasa baru diperlukan kombinasi dari kedua model pertama yaitu proses
technical-linking dan need-linking. Selain itu ada tiga elemen yang menjadi
konsideran dalam menciptakan peluang bisnis baru yaitu : relevant problem,
technology sources dan market demand.
Lead User Research
Lead User research adalah salah satu
metodologi yang diyakini dapat memberikan kunci sukses bagi terobosan
produk/jasa baru. Dasar pemikiran metodologi ini adalah adanya Lead User yaitu
spesifik konsumen/individual yang memiliki pengalaman kebutuhan lebih
dahulu/mendahului dari konsumen/individual yang lain. Dengan melibatkan team
khusus yang terdiri dari para expert pada kelompok lead user ini, maka akan
didapatkan suatu temuan inovasi yang sangat berharga.
Beberapa contoh peran serta lead
user dalam suatu terobosan inovasi baru antara lain :
- Protein untuk hair conditioner ditemukan oleh seorang wanita di
tahun 1950 yang mempunyai ramuan tradisional yang terdiri dari bir atau telur
untuk tubuh agar lebih bersinar.
Melalui metodologi Lead user ini akan didapatkan
beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Memperoleh akses informasi yang
lebih kaya dan reliable melalui kebutuhan customer yang dapat diperoleh melalui
traditional market research. Metode Lead User melengkapi kebutuhan untuktraditional
market research bukan menggantikan.
1.
Pengembangan
konsep produk/jasa yang lebih baik karena berasal dari data konsumen yang lebih
baik.
3. Akselerasi proses pengembangan
produk/jasa.
Tahapan Metodologi Lead User
Research
Ada empat tahapan yang harus
dilakukan dalam Lead User Research, yaitu :
Stage 1: Project Planning (4-6
minggu)
Membuat
master plan
Mempelajari
current market place
Merumuskan
fokus projek
Stage 2: Trends/Needs Identification
(5-6 minggu)
Melakukan
studi literatur
Melakukan
Interview kepada top expert.
Analisa
data, dan menentukan kebutuhan yang lebih mengerucut
Stage 3: Preliminary Concept Generation
(5-6 minggu)
Interview
lead user dan expert
Pengumpulan
data untuk bisnis case
Mendefinisikan
kebutuhan produk/jasa baru (buat draft
konsep)
Stage 4: Final Concept Development
(5-6 minggu)
Perencanaan
Workshop Lead user
Mengundang
partisipan
Pelaksanaan
workshop �> perbaikan konsep dengan melibatkan lead
user/expert
Finalisasi
konsep
8. Contoh Kasus dengan menggunakan
Break Event Point:
Fixed Cost suatu Toko Sepatu MDA: Rp. 500.000,- Variable Cost Rp.
10.000,-/unit. Harga jual Rp. 20.000,-/unit.
Maka BEP per unitnya
adalah
BEP =
Fixed Cost
Harga Jual – Variabel Cost
BEP
= Rp.500.000
20.000 – 10.000
= 50 unit
Artinya perusahaan perlu menjual 50 unit
sepasang sepatu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 51, maka
took itu mulai memperoleh keuntungan.
No comments:
Post a Comment